Dini hari terasa dingin sekali. Dalam pondok kumbang, aku, Dedek, Kuntet, Raisa dan Delta tidur berdempetan di dalam sleeping bag masing-masing. Kami tak bisa banyak bergerak dan tulang punggung terasa bergerigi mengenai lantai pondok yang dibuat dari batang kayu berbentuk bulat.

Bunyi gemerisik teman-teman lain di tenda luar mulai terdengar diikuti suara hewan-hewan. Perlahan satu per satu dari kami bangun dengan berat. Tapi kami harus segera masak sarapan dan naik kembali melihat puncak. Beberapa ada yang MCK di sumber air bawah, ada yang menghidupkan api dan siap-siap masak. 

Kondisi basah sisa hujan tadi malam masih terasa. Beruntung hujan tidak deras sehingga kami bisa tidur dengan nyaman meskipun sesekali angin bertiup lumayan kencang. Sambil masak dan bergantian MCK, beberapa mulai menyeduh kopi dan minuman hangat untuk menghangatkan tubuh di pagi hari.

Suasana di pondok Kumbang

Lalu sebelum sarapan kami sepakat untuk naik dulu ke atas mengambil beberapa foto dan video. Hanya bang Bambang dan Parman yang tinggal di tenda untuk menjaga logistik. Kami pun segera naik berbekal minuman dan snack

Jarak dari tenda menginap ke puncak tidak jauh, perjalanan hanya kurang lebih 15 menit. Begitu sampai di puncak kami kembali kecewa ternyata cuaca tetap mendung berkabut, kami juga sempat berbincang dengan tim lain yang ternyata ada anak Sispala binaan Mapala Untan dari Samalantan Bengkayang. Setelah sesi foto dan video kami kembali turun untuk sarapan.

Puncak Gunung Bawang

Selesai sarapan, kami bergegas packing kembali dan membersihkan area camp dan semua peralatan makan. Perjalanan turun dilakukan perlahan dan hati-hati karena jalur lumayan licin setelah hujan apalagi daerah yang mendekati puncak lumayan berlumut. Target kami makan siang di pos 3 atau 2 agar tidak kelaparan di perjalanan pulang menuju Singkawang. Karena belajar dari pendakian sebelumnya begitu tiba di Kota Singkawang kami kelaparan akibat tidak berhenti untuk makan siang karena mengejar waktu agar tidak melewati bukit Van Mandereng di malam hari demi keselamatan.

Bonus spot foto saat turun

Perjalanan turun kami menjadi semakin lambat karena menuju pos 3 hujan kembali turun lumayan deras. Sedikit bergegas untuk segera mencapai pos 2 agar air sungai bisa dilewati. Beruntung saat tiba di pos 2 hujan mulai reda dan kami mampir di pondok durian untuk menyicip durian Gunung Bawang. Warga lokal memberi gratis untuk menyicip duriannya. Rezeki tak terduga. Keroncongan di perut saat lapar perjalanan turun sedikit terobati. Asupan gula alami dari durian memberi energi instan buat kami. Lalu kami sepakat agar makan siang bergeser di pos 1 saja dengan pertimbangan lebih banyak air dan sudah mendekati desa.

Masak untuk makan siang di pos 1 kembali dihantam hujan. Kami membuka shelter darurat menggunakan flysheet agar bisa masak. Kembali kami bertemu salah satu warga yang mampir berteduh dan berbincang dengan local guide kami. Beruntung, beliau memberi durian 2 buah. Alhamdulillah..

Sebagian ada yang bersih-bersih dan sebagian ada yang masak bergantian. Selesai makan siang kami kembali bergegas menuju desa untuk pulang. Tiba di rumah kadus sudah sore menjelang magrib. Beberapa teman mandi di sungai agar pulang dalam keadaan bersih. Briefing singkat kami lakukan dengan kesepakatan tim Pontianak mau langsung pulang malam ini ke Pontianak dan beberapa dari kami menginap di Singkawang. 

Karena sudah menjelang malam, perjalanan menuju Kota Singkawang dilakukan perlahan dan hati-hati. Namun saat tiba di Singkawang kami mampir di warung bapaknya Nisa buat makan malam. Berlokasi di simpang 3 Dangau Resort. Bakso di warung bapaknya Nisa maknyos sekali. Kapan-kapan aku mau mampir lagi.

Selesai makan kembali kami rapat kecil, aku, Fitri, Parman, bang Jani dan Rio akan numpang menginap di rumah Nisa malam ini dan sebagian yang lain langsung pulang karna ada kesibukan. Kami yang menginap akan pulang besok pagi bahkan ada yang berencana pulang setelah solat subuh. 

Perjalanan naik gunung Bawang kali ini sangat berkesan karena pendakian ini adalah bukti bahwa kekuatan dan tekad untuk mencapai suatu tujuan harus disertai dengan kerja sama. Meskipun berbeda usia dan profesi namun persaudaraan kami di Mapala Untan membuktikan bahwa pendidikan yang dilewati selama ini berhasil menjadikan kami orang-orang yang masih bisa survive dalam kondisi apapun. 

Sampai berjumpa di cerita pendakianku berikutnya bareng travelmates lain!

Foto Puncak Gunung Bawang