Berbicara
soal kelestarian hutan bukanlah hal yang baru kita dengar. Banyak pihak peduli
dengan betapa pentingnya hutan, namun mengapa masih juga banyak yang merusak?
Sejak duduk di sekolah dasar saja kita sudah belajar tentang reboisasi,
penggundulan hutan dan illegal logging.
Dulu, sejak duduk di bangku SD saya hanya menganggap itu hanya pelajaran yang
tertulis di suatu bentuk barang yang berasal dari pohon juga. Seiring berjalannya
waktu, contoh-contoh kerusakan ada di depan mata. Duduk di bangku perkuliahan
menjadikan saya seorang manusia yang melangkah sedikit lebih jauh dari tempat
tinggal. Beruntung, mengikuti organisasi yang bergerak di bidang konservasi dan
cinta alam. Beberapa perjalanan mengantarkan saya ke tempat-tempat, yang
sepertinya tidak akan pernah jauh dari hutan.
Melakukan hobby
sekaligus pekerjaan terkadang memanjakan saya dengan pemandangan-pemandangan
indah, pohon-pohon menjulang dan udara segar yang mengandung oksigen tanpa
polusi. Kesegaran air sungai, mengkonsumsi ikan air tawar yang segar dan tidur
nyenyak sambal dinina bobo oleh kicau burung dan suara jangkrik di bawah ribuan
bintang, terkadang dengan bonus bulan purnama pula. Hal itu tidak bisa bahkan
terasa mustahil saya rasakan saat di perkotaan, bahkan kampung sendiri yang
sekarang mulai ada pabrik dan berubahnya hutan menjadi kebun sawit.
"Bila kicau kami tak terdengar lagi..
Bila kehijauan kami tidak
terlihat lagi..
Dan lemah gemulainya gaya renang kami tidak
bisa dinikmati lagi..
Maka manusia akan sadar bahwa mereka telah
hidup sendiri…" (Mapala Untan)
Mungkin
begitu kira-kira pesan pohon, burung dan ikan jika mereka bisa berbicara kepada
manusia. Terkadang ingin menangis melihat air sungai yang keruh akibat
pertambangan liar, terik matahari terasa membakar panas saat hutan yang
dilewati gundul bercampur dengan asap terbakarnya ranting-ranting pula.
Saat bertemu
dengan masyarakat pedalaman mungkin kita semua tahu bahwa hutan adalah sumber
kehidupan mereka, mereka sangat tergantung dengan hutan, sumber makanan yang
mereka dapat, rotan dan kulit kayu yang mereka gunakan untuk pakaian dan
barang-barang rumah tangga dan kerajinan, air bersih untuk minum dan MCK, tanaman
obat dan masih banyak lagi. Bukan hal aneh lagi bagi anak-anak kecil yang ikut
dengan orang tua mereka masuk hutan mencari damar, madu, buah hutan, rotan
hingga obat-obatan.
Hasil sungai - Ikan Semah |
Sebagai contoh di Kabupaten
Bengkayang, sebagai salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang memiliki banyak
gunung dan hutan yang menyimpan banyak kekayaan alam. Ikan segar, hasil hutan
non kayu, keanekaragaman hayati untuk penelitian para akademisi, wisata minat
khusus bagi pendaki gunung dan pencinta wisata alam. Kabupaten yang berbatasan
dengan Serawak – Malaysia dan Kabupaten Sambas di sebelah Utara, dan Laut
Natuna di sebelah Barat ini selain menjanjikan para wisatawan untuk menikmati
wisata laut, juga memiliki wisata alam pegunungan.
Wisata Alam Pegunungan |
Lalu, sampai kapankah kita akan menikmati itu semua? Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (berdasarkan data FAO tahun 2010 hutan dunia) termasuk di dalamnya hutan kita, hutan Kalimantan Barat yang juga sebagian besar masuk dalam kawasan 4 Taman Nasional dan lebih dari 10 Cagar Alam. Untuk hutan Indonesia sendiri secara total menyimpan 289 gigaton karbon danmemegang peranan penting menjaga kestabilan iklim dunia (berdasarkan data WWF Indonesia). Namun, hutan di tanah air cukup memprihatinkan.
Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, sedikitnya 1,1
juta hektar atau 2% dari hutan Indonesia menyusut tiap tahunnya. Dari data
tersebut menyebutkan dari sekitar 130 juta hektar hutan yang tersisa di
Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang.
Apa hal kecil yang bisa kita lakukan untuk menjaga kelestarian hutan?
1. 1. Gaya hidup hijau
Jangan mubazir dan berlebihan dalam pemakaian kertas dan plastik.
Mengurangi pemakaian plastik sendiri adalah usaha kita pribadi untuk menjalankan
pola hidup hijau, gunakan tas daur ulang atau yang bisa dipakai berkali-kali
tanpa harus menjadi limbah yang lama terurai, membawa botol minum sendiri
(tumbler), menggunakan sedotan bambu atau stainless, hemat dalam pemakaian
tissue, hemat listrik dan air serta tidak membuang sampah sembarangan.
Menggunakan tumbler |
2. Mendukung
hasil hutan bukan kayu
Banyak kelompok masyarakat yang mulai membudidayakan hasil-hasil hutan
bukan kayu, seperti madu, kopi, pewarna alami serta abon ikan air tawar. Selain
sehat dan bergizi kita juga membantu ekonomi kreatif masyarakat.
3. Mendukung pemanfaatan ekosistem hutan secara bijak
Mengelola ekowisata atau ikut menjaganya, mengkonsumsi air minum hasil
pegunungan setempat dan menikmati keindahan alamnya dengan baik.
44. Ikut
serta dalam kegiatan konservasi atau aksi lingkungan hidup
Sesekali kita bisa mengikuti agenda penanaman pohon atau aksi-aksi yang
mendukung untuk kelestarian hutan berkelanjutan yang juga berkaitan erat dengan
isu perubahan iklim dunia. Sebagai contoh adalah Yayasan Doktor Sjahrir yang peduli dalam isu lingkungan hidup.
Mari kita
hidup bersama dengan burung, ikan dan pohon serta makhluk hidup lain untuk saling
menjaga dan saling membantu, karena melestarikan hutan bukan hanya tanggungjawab
Menteri Kehutanan atau manusia dengan status S.Hut di belakang namanya tetapi
tanggungjawab kita bersama.
6 Comments
wah ikan semahnya keliatan enak banget. saya pecinta makanan laut. kapan kapan boleh bawa ke ptk ya kak.
ReplyDeleteItu bukan makanan laut. Ikan air tawar soalnya..hehehe
DeletePesan dalam tulisanmu , terngiang di pikiranku.
ReplyDeleteHutan menjadi sumber kehidupan bagi penduduk sekitarnya. Dan hutan juga menjadi penyeimbang alam di Bumi
Semoga kita selalu bisa menjaga hutan kita biarpun sebuah langkah kecil dan sederhana
Deletekita harus bisa buat hutan berdaya dengan hasil hutannya bukan dengan cara merusaknya
ReplyDeleteSiap bang, saya setuju pake banget!
DeletePost a Comment