Seorang ayah pastinya memberikan kesan yang berbeda-beda terhadap seorang anak. Perhatian seorang ayah tidak sama dengan seorang Ibu yang multitasking. Ayah seperti sosok dibalik layar yang menyiapkan segala sesuatu dan memberi perhatian dengan caranya sendiri. Apapun hasil keringatnya menjadi bulir-bulir rezeki yang akan menjadi darah daging anak istrinya.
Bapakku. Seorang tukang bangunan yang aku sayang. |
Beberapa orang biasanya memanggil sosok itu ayah, abah, babe, uwak, papa atau bapak. Beruntung aku memanggilnya bapak. Bapakku sosok yang pendiam sehingga membuat orang akan tertarik mendengarkan saat dia berbicara. Bapak orang pertama yang sibuk bertanya saat salah satu anggota keluarganya tidak ada di rumah saat dia pulang. Bapak hobi memasak. Dulu, waktu kecil, beliau suka memasak seafood untukku. Saat aku demam dialah orang pertama yang menyiapkan buah di meja untuk menghibur sakit tubuhku. Bapak juga orang yang pemurah yang akan selalu berbagi makanan walau hanya sedikit yang dia punya. Dia akan membawa pulang dua buah apel pemberian temannya dan diberikan ke kami anak-anaknya. Dibagi sama rata.
Saat aku menghabiskan masa studi di Pontianak seringkali aku merindukan perhatian-perhatian beliau. Saat aku pulang kampung, dia suka sekali masak ikan asap dan sambal goreng. Dia tahu itu makanan kesukaanku. Bagiku bapak punya sesuatu yang bapak-bapak lain tidak punya. Dia merasa kurang saat pulang rumah dengan tangan kosong. Dia akan pulang membawa sesuatu walaupun hanya dengan sebuah jeruk di tangannya. Sekarang, aku sangat rindu beliau. Rindu masakannya yang paling penting. Rindu ingin kembali ke masa kecil. Saat dia pulang membawa coklat batangan seharga seratus rupiah, rindu saat dia menjemput pulang sekolah menggunakan jas hujan saat anak yang lain masih menunggu orangtuanya, rindu diajak makan bakso bersama ibu setiap malam minggu, rindu saat dia pulang membawakan sebuah boneka tabungan berbentuk panda untukku belajar menabung.
Begitu aku bangga memiliki orangtua sepertinya walaupun di mata orang-orang dia mungkin sosok yang sangat banyak kekurangan. Dan aku sedikit kecewa dengan diriku sendiri belum bisa memberikan kebahagiaan. Dia yang selalu mengalah dalam hal apapun agar kami merasakan yang orang lain tidak rasakan. Dia selalu mengingatkan kami agar selalu berbagi makanan ke orang lain. Dia orang yang selalu sibuk menyiapkan bekal untuk aku kembali lagi ke Pontianak saat liburan telah usai. Dia orang yang kreatif, bisa mengolah makanan sederhana menjadi sangat enak.
Hanya cerita sosok beliau yang bisa aku bagikan bersama teman-teman, khususnya teman di Komunitas Blogger Pontianak. Dan tidak akan pernah menggambarkan semua rasa kerinduanku akan sosok dia. Tidak akan bisa tergantikan oleh siapapun. Dia orang pertama yang terlintas dalam benakku saat aku melihat seorang bapak tua di tepi jalan maupun di mana saja. Semoga dengan adanya cerita ini dapat memberikan pencerahan bagi teman-teman yang kurang menghargai sosok orangtua laki-lakinya. Masih banyak sosok di luar sana yang butuh sosok seorang ayah. Dan aku punya Haniardi, nama bapakku yang selalu aku sayang. Pelukannya mungkin hanya dulu yang aku rasakan saat aku kecil, tapi perhatian dan kerja kerasnya sampai kapanpun akan tetap membekas di jiwa kami, anak-anaknya. Semoga lebaran kali ini aku bisa memberikan sesuatu kepadanya. Sesuatu yang bisa menambah sedikit senyum wajah tuanya. Sehat terus ya Pak. Beri anakmu ini kesempatan untuk membahagiakan kalian berdua serta menghabiskan waktu di masa tua kalian.
0 Comments
Post a Comment